Daar El Huda didirikan oleh 4 serangkai yaitu Abah KH. Uding Syamsuddin Bin KH Arsyad, umi Hj Djubaedah Binti H. Marwian, KH Ismail Bin H. Djaelani, Dan usth Hj. Siti Muhibah Binti KH. Uding Syamsuddin.
Proses belajar mengajar dimulai pada tanggal 5 Agustus 2007, dengan jumlah santri 104 orang dan 16 orang tenaga pengajar yang merupakan alumni dari berbagai pondok pesantren.
Daar El Huda bermula dari rumah-rumah tinggal milik para pendiri yang dijadikan asrama santri yang kemudian dinamakan gedung Ar-rahman, gedung Zahirah, dan gedung Zulfiqar. Sementara untuk ruang kelasnya adalah garasi dan gudang barang milik Abah KH. Uding Syamsuddin. Pelaksanaan shalat berjamaah di teras depan rumah, kecuali shalat Maghrib, isya, dan subuh seluruh santri berjamaah di halaman, yaitu halaman antara rumah-rumah tinggal tersebut yang kemudian diwakafkan oleh Abah KH. uding Syamsuddin dan umi Hj Djubaedah seluas 670 m². Di tanah wakaf itulah saat ini berdiri gedung 2 Lantai yang oleh pendirinya dinamakan gedung Arwanah. Pemberian nama itu sebagai penghargaan dan dedikasi Abah KH. Uding Syamsuddin kepada seorang perempuan Shalihah yang telah melahirkan umi Hj Djubaedah, yaitu ibu Hj. Arwanah.
2 tahun pertama karena ketiadaan masjid, maka setiap hari Jum’at seluruh santri putra dengan dibimbing para ustadz melaksanakan shalat Jum’at di masjid Asy-Syura yang terletak di depan pasar Curug. Untuk memudahkan pengawasan saat itu, maka seluruh santri putra setiap shalat Jum’at diharuskan memakai jubah putih, kopiah putih, juga sorban.
Pada tahun ke-3 Daar El Huda, pondok membeli 2000 m² tanah yang di atasnya dibangunlah masjid An-Nur, dengan harapan masjid itu menjadi cahaya yang menerangi seluruh civitas Daar El Huda.
Sabtu, 9 April 2011, bertepatan dengan tanggal 5 Jumadil awal 1432 H, menjelang tahun ke-4 Daar El Huda Allah memanggil salah seorang pendiri Daar El Huda, yaitu ibunda kami umi Hj. Djubaedah diusia 54 tahun. Dan 5 Hari setelah kepergian umi, tepatnya hari Kamis tanggal 13 April 2011 / 9 Jumadil awal 1432 H, malaikat Izrail pun menjemput ayahanda kami pulang, yaitu Abah KH. Uding Syamsuddin Bin KH. Arsyad. Langit terasa gelap Daar El Huda berkabung, dan kamipun terisak dalam duka yang dalam.
Ya Rabbi, ibarat anak Daar El Huda adalah bayi yang baru 4 tahun, yang baru belajar untuk tidak jatuh kala berjalan. Lantunan Yasin, Tahlil, dan Do’a-do’a kami Rapalkan, Munajat panjang kami Langitkan agar Allah mengampuni seluruh dosa orangtua kami, menerima seluruh amal kebaikannya, memberikan Rahmat dan Maghfirah kepada keduanya, aamiin ya rabbal ‘alamiin.
The Show Must Go On. Hidup harus terus berjalan. Daar El Huda harus terus bergerak. Benar Al-Qur’an berkata “Sesudah Kesulitan Akan Ada Kemudahan” air mata kami, Allah ganti dengan hadiah yang indah tepat 10 bulan setelah kepergian 2 pendiri Daar El Huda, tepatnya Ahad tanggal 5 Februari 2012,
Daar El Huda memperluas tanahnya lebih kurang 1200 m². di tempat itulah pendiri Daar El Huda dimakamkan, dan dibagian itu pula sekarang berdiri mushola Darussalam, dan gedung megah 3 lantai sebagai asrama putri yang kami beri nama gedung Syamsuddin, mendampingi gedung 2 lantai yang sudah ada, yang kami beri nama gedung Djubaedah. 2 gedung yang berdampingan dengan nama 2 pendirinya semoga menjadi motivasi kami untuk terus berjuang mendedikasikan diri untuk terus berkhidmat mengembangkan dan membesarkan Daar El Huda.
Hari berganti, 14 Juli 2013 untuk pertama kalinya Daar El Huda mewisuda santri,dari 104 santri tumbang berguguran di tengah jalan, dan hanya menyisakan 31 orang wisudawan/i. Anak-anak tangguh yang bermental baja, dan semoga bermanfaat untuk hidup dan kehidupan.
Daar El-Huda terus menggeliat, bak burung Rajawali kecil yang mengepakkan sayapnya mulai mencicil dan membeli tanah-tanah di sekitarnya hingga saat ini hampir seluas lebih kurang 11.000 m². ada gedung Djaelani asrama 3 lantai untuk santri putra, ada ruang kelas yang kami beri nama gedung Al-fatah, gedung Al-furqan, dan ada 1 gedung yang baru selesai dan belum belum kami beri nama. Alhamdulillah syukur tiada henti……
Tepat di tahun ke-13 Daar El Huda, Allah kembali menguji kami, salah seorang Murabbi kami, panutan kami, muassis Daar El Huda yang ke-3 pun Allah panggil, tepat di hari Senin pukul 14.20 WIB tanggal 23 November 2020 / 8 Rabiul akhir 1442 H, guru kami, kyai kami, KH Ismail Bin H. Djaelani berpulang ke Rahmatullah. Bak isyarat untuk kami, beliau selalu mengingatkan kami bahwa kyai bisa meninggal kapan saja tapi pondok harus tetap hidup. Pondok berjalan karena sistem bukan karena figur kyai. Perjuangan harus terus berlanjut, dan Daar El Huda pun kembali menangis. 3 orang pendirinya telah berpulang menemui Rabbnya, menjemput pahalanya, dan kini hanya tersisa 1 orang lagi. Yaitu ibunda kami Hj. Siti Muhibah. Semoga Allah mengampuni leluhur kami, dan semoga Allah menjadikan pondok ini sebagai shadaqah jariyah bagi para pendirinya.
Aamiin yaa rabbal’alamiin…